Menurut deefinisi SNI 4691 1998 peta geologi adalah gambaran atau bentuk dengan melalui ungkapan data dan informasi geologi suatu daerah, wilayah atau kawasan dengan tingkat kualitas berdasarkan skala
Ada berbagai peta geologi dengan berbagai informasi – informasi geologi yang lebih khusus di bawah ini adalah beberapoa jenis peta geologi menurut kegunaan dan informasi yang terkandung di dalamnya.
1. “Peta geologi permukaan”, atau “peta rincian” (surface geological map) memberikan berbagai formasi geologi yang langsung terletak di bawah permukaan. Tetapi umumnya dasar pelapukan tidak dicantumkan (peta yang ditutupi). Skalanya adalah 1 : 50.000 atau lebih besar. Peta ini berguna dalam menentukan lokasi bahan-bahan bangunan (pasir dan kerikil), drainase, pencarian air, pembuatan lapangan terbang dan jalan, dan lain sebagainya. Sehubungan dengan skala yang digunakan untuk peta, seringkali dianjurkan pemboran yang tidak tertalu dalam, penggalian sumur uji (test pits), dan sebagainya untuk pengontrolan atau penetapan pada titiktitik yang kritis.
2. Peta pengungkap atau peta ungkapan (outcrop map). Umumnya berskala besar. Yang dicantumkan hanyalah tempat ditemukannya batuan padat, yang dapat memberikan sejumlah keterangan dan pemboran dan sebagainya beserta sifat batuan dan kondisi strukturalnya. Peta ini digunakan untuk menentukan di mana misalnya material untuk pecahan batu dapat ditemukan langsung di bawah permukaan.
3. “Peta ikhtisar geologis”. Umumnya berskala sedang atau kecil, 1 : 100.000 atau lebih kécil. Peta ini tidak saja memberikan pengamatan langsung terhadap formasi-formasi yang telah tesingkap, akan tetapi ada kalanya pula ekstrapolasi atas daerah-daerah yang beberapa formasinya misalnya diliputi oleh lapisan holosen.
4. “Peta struktur”, berskala sedang hingga besar. Peta ini adalah peta dengan garis-garis kedalaman yang dikonstruksikan pada permukaan sebuah lapisan tertentu, yang berada di dalam tanah-bawah.
5. “Peta isopach”, berskala sedang hingga besar, di mana garis-garis menghubungkan titik-titik yang sama tebal dan sebuah formasi atau lapisan (dengan demikian konfigurasi struktural tidak kita temukan di dalamnya).
6. Peta-peta yang dibuat berdasarkan foto udara, disebut “peta fotogeologi”. Pada umumnya, foto udara diambil vertikal ke bawah. Titik potong sumbu optic-negatif dalam kamera (yakni permukaan bumi dalam keadaan yang sebenarnya) disebut “titik utama”, yaitu pusat proyeksi. Lewat pengimpitan foto-foto, terdapat kemungkinan dilakukannya studi stereoskopik; antara lain paralaks, pengukuran selisih ketingggian, pembuatan kontur. Foto udara (stereoskopik) dapat memberikan gambaran topografis yang sangat baik, yang sesuai untuk perencanaan jalan, bendungan, dan sebagainya, mengenali daerah longsoran tanah, teras sungai, tepi atau alur sungai tua di daerah rawa, dan sebagainya. Di daerah di mana geologi tidak banyak dikenal orang, foto udara digunakan pula untuk orientasi geologi.
7. “Peta hidrogeologi”. Kebanyakan negara barat sedang sibuk menyusun sejumlah peta yang menyangkut keadaan air tanahnya. Sebuah peta-ikhtisar internasional berskala kecil tentang Eropa oleh UNESCO berskala 1 : 1.500.000 hanya membedakan daerah yang mengandung air-tanah dalam batuan primer yang berpori, batuan sekunder yang berpori (daerah karst), dan di mana tidak terdapat air-tanah dalam jumlah yang berarti (dataran tinggi). Dengan dernikian peta ini kurang menarik bagi seorang insinyur. Seorang insinyur harus dapat berorientasi mengenai kemungikinan muatan air yang berlebih atau mengenai keberadaan air yang dapat digunakan dan sebagainya, tergantung pada sifat proyek yang bersangkutan.